KENAPA AGAMA SULIT UNTUK DI AMALKAN

MUZAKAROH 6 SIFAT
Kenapa agama sulit untuk diamalkan

Assalamualaikum warahmatullahi wa barokatuh.
Nahmaduhu wa nusholi'ala rosulihil Karim wa ala Alihi wa shohbihi ajma'in.
Amma ba'du.

Di zaman modern sekarang ini, sudah barang tentu kita mengalami kesulitan dalam mengamalkan agama.
Mungkin karena kesibukan kita dalam bekerja,!
Atau mungkin rasa malas yang berlebihan,!
Atau juga karena terlalu capek mengurusi perkejaan.

Apapun alasannya, yang jelas kita mengalami kesulitan dalam mengamalkan agama.
Jangankan untuk mengamalkan yang Sunnah, yang wajibpun sulit untuk di amalkan.
Berapa kali sehari kita mengerjakan sholat, berapa sholat yang kita tinggalkan hari ini.
Berapa tahun kita puasa full di setiap romadhonya.
Pokoknya, berat untuk mengamalkan agama di zaman sekarang.

Apakah zaman sekarang agama memang sudah tidak bisa di amalkan lagi ?

Tidak, bukan zamannya yang tidak cocok dengan agama.
Tapi, cara kita belajar agama yang sulit memahamkan kita dengan agama.
Kita simak kisah berikut ini:

Sayyidina hanzhalah rodhi'allahu anhu bercerita:
"Suatu ketika, kami sedang berada di majlis Baginda Rosulullahi sholallahu 'alaihi wa sallam.
Beliau menasihati kami sehingga hati kami tersentuh, air mata kami bercucuran, seolah-olah akhirat nampak jelas di depan mata kami.
Selesai dari majlis Baginda Rosulullahi sholallahu'alaihi wa sallam, aku kembali ke rumah dan berkumpul dengan anak istri.
Kemudian kami mulai berbicara sedikit masalah dunia, bercanda dengan anak-anak, dan bercumbu dengan istri.
Akibatnya, pengaruh suasana yang aku dapatkan dari majlis Baginda Rosulullahi sholallahu'alaihi wa sallam pun mulai sirna.

Maka terlintas dalam pikiran ku, ternyata keadaan ku berbeda dengan keadaan ketika di majlis Baginda Rosulullahi sholallahu'alaihi wa sallam itu.
Aku berkata dalam hati, 'kamu telah menjadi munafik, karena kenyataannya di hadapan Baginda Rosulullahi sholallahu'alaihi wa sallam keadaan mu seperti itu dan ketika sesampainya di rumah keadaanmu seperti ini.

Akhirnya aku keluar dari rumah dalam keadaan menyesal, 
'kamu telah munafik'
Saat itu aku berpapasan dengan sayyidina abu bakar Ash-Shiddiq rodhi'allahu anhu.
Aku berkata kepadanya:
'hanzhalah telah menjadi munafik' 
Mendengar perkataan ini dia berkata:
'subhanallah' ! Apa yang sedang kau katakan ? Ini tidak mungkin'.
Kemudian akupun menceritakan apa yang aku alami, bahwa ketika kami berada di majlis Baginda Rosulullahi sholallahu'alaihi wa sallam, saat beliau bercerita tentang surga dan neraka, seolah-olah nampak di depan mata.
Namun ketika aku pulang ke rumah dan bercanda dengan anak dan istri, berbicara tentang harta benda, dan lainnya.
Semua pengaruh yang aku dapatkan ketika bersama Baginda Rosulullahi sholallahu'alaihi wa sallam terlupakan'.
Sayyidina abu bakar Ash-Shiddiq rodhi'allahu anhu menyahut:
'hal itu juga terjadi pada diri saya'.

Kemudian kami berdua menemui Baginda Rosulullahi sholallahu'alaihi wa sallam.
Aku berkata kepada Baginda Rosulullahi sholallahu'alaihi wa sallam:
'ya Rosulullah, aku telah menjadi munafik'.
Beliau berkata:
'apa yang terjadi ?
Aku berkata:
'ya Rosulullah, jika kami berada di hadapanmu, dan engkau menceritakan tentang surga dan neraka kepada kami, seolah-olah keduanya nampak di depan mata.
Akan tetapi, jika kami berpisah dengan engkau, bercanda dengan anak dan istri kami, dan sibuk dengan pekerjaan rumah tangga, semuanya terlupakan.'
Beliau menjawab:
'demi dzat yang nyawaku berada di dalam kekuasaannya, jika keadaanmu selalu seperti ketika bersamaku, maka para malaikat akan berjabat tangan denganmu di tempat tidurmu dan di jalan-jalan.
Wahai hanzhalah, hanya saja keadaan seperti ini adalah langkah.
Tetapi, terkadang seperti ini, terkadang seperti itu."
(Dari kitab shohih muslim).

Sahabat rodhi'allahu anhum selevel sayyidina hanzhalah dan sayyidina abu bakar Ash-Shiddiq rodhi'allahu anhuma yang hari-hari mereka selalu disibukkan dengan urusan agama, dakwah wa tabligh, taklim wa taklim, dzikir wal ibadah, khidmat, jihad dan sebagainya saja ketika mulai pulang ke rumah, bercanda dengan anak dan istri, berbicara tentang harta benda dan urusan rumah tangga.
Maka akhirat yang tadinya nampak di depan mata, tiba-tiba hilang.

Lalu bagaimana dengan kita, yang hari-hari sibuk dengan dagang, sibuk dengan kebun, sibuk dengan kantor, sibuk dengan segala kesibukan.
Hari-hari selalu bercanda dengan anak dan istri, dengan kawan dan rekan.
Selalu memikirkan harta benda.
Selalu sibuk dengan urusan rumah tangga.
Pokoknya super sibuk.

Apakah agama akan wujud dalam diri kita.
Apakah amal agama akan mudah di amalkan.

Jelas, dan sangat jelas sekali bahwa agama tidak akan wujud dalam diri kita.
Amal agama akan sulit dikerjakan.
Sholat malas, puasa malas, zakat malas, pokoknya agama yang menjadi rahmatan Lil'alamin itu menjadi beban berat bagi kita.

Maka salah satu cara yang paling efektif untuk mewujudkan agama dalam diri kita adalah dengan.
1.meluangkan waktu setiap hari untuk agama sekitar 2,5 jam setiap hari.
2.meluangkan waktu untuk agama sekitar      3 setiap bulan.
3.meluangkan waktu untuk agama sekitar     40 hari setiap tahun.
4.meluangkan waktu untuk agama sekitar      4 bulan untuk seumur hidup.

Dengan cara ini agama dapat dengan mudah wujud dalam diri kita.
Apakah metode ini berat untuk di amalkan ?
Iya jelas berat, tapi itu untuk akhirat yang kekal abadi selama-lamanya.
Untuk dunia yang sementara ini saja kita mampu mengerjakannya, padahal kerja untuk dunia itu jauh lebih berat dibandingkan dengan kerja untuk akhirat.

Dunia sementara akhirat selamanya...
LAA ILAHA,  IL LALLAH

insya Allah niat amal dan sampaikan
Insya Allah...





Komentar

Postingan populer dari blog ini

MUDZAKAROH ADAB JAULAH

28 USUL USUL DAKWAH

MUZAKAROH 13 SIFAT DA'I